Ngarti.comĀ – Sepak bola modern mengenal berbagai taktik pertahanan, salah satunya adalah low block yang semakin sering digunakan oleh banyak tim.
Strategi ini sering dipilih oleh pelatih yang ingin mengandalkan kedisiplinan tim dalam bertahan.
Low block kerap menjadi solusi bagi klub dengan kualitas individu pemain bertahan yang tidak sekuat lawannya.
Dengan memanfaatkan organisasi pertahanan yang rapat, low block mampu meredam serangan tim lawan sekaligus membuka peluang serangan balik cepat.
Memahami Konsep Low Block
Low block adalah strategi bertahan yang menempatkan sebagian besar pemain di area dekat kotak penalti.
Dalam pendekatan ini, tim berusaha menutup ruang serangan lawan dengan menumpuk pemain di lini belakang.
Berbeda dengan high pressing atau mid block, strategi ini lebih menekankan kesabaran dalam menghadapi gempuran lawan.
Pemain dituntut menjaga jarak antar lini agar lawan kesulitan menemukan celah.
Biasanya, formasi low block menggunakan empat hingga lima bek sejajar yang didukung oleh tiga hingga empat gelandang bertahan.
Kerap kali, bahkan penyerang pun ikut turun untuk mempersempit ruang gerak lawan.
Strategi ini memang terlihat pasif, namun efektivitasnya terbukti mampu mengganggu pola permainan lawan yang mengandalkan penguasaan bola.
Banyak tim besar pun sering dibuat frustrasi ketika menghadapi lawan dengan pertahanan low block.
Kelebihan dan Kekurangan Low Block
Kelebihan utama low block adalah kemampuannya meredam lawan yang memiliki kualitas serangan tinggi.
Dengan rapatnya barisan pertahanan, lawan dipaksa melakukan umpan silang atau tendangan jarak jauh yang tidak selalu efektif.
Selain itu, low block juga memudahkan transisi ke serangan balik cepat.
Begitu bola berhasil direbut, pemain bisa langsung mengirimkan umpan jauh ke penyerang yang menunggu di depan.
Banyak gol dari strategi serangan balik lahir dari penerapan low block yang disiplin.
Namun, strategi ini juga memiliki kelemahan yang cukup jelas.
Ketika tim terus-menerus bertahan, peluang mencetak gol menjadi lebih kecil.
Jika konsentrasi pemain menurun, satu kesalahan kecil bisa langsung dimanfaatkan lawan untuk mencetak gol.
Selain itu, low block membuat tim lebih banyak berada dalam tekanan, yang bisa memengaruhi stamina dan mental pemain.
Pelatih harus benar-benar memastikan para pemain memahami peran masing-masing agar strategi ini berjalan efektif.
Dalam praktiknya, low block sangat cocok bagi tim yang tidak menguasai permainan dalam hal penguasaan bola.
Sebaliknya, tim dengan kualitas bertahan lemah akan kesulitan menerapkannya karena dibutuhkan kedisiplinan tinggi.
Penerapan Low Block dalam Sepak Bola Modern
Sejumlah pelatih dunia terkenal kerap menerapkan low block untuk menghadapi lawan yang lebih kuat.
Tim yang bermain di liga dengan persaingan ketat sering menjadikan strategi ini sebagai andalan.
Contoh nyata bisa dilihat ketika tim underdog menghadapi klub besar dengan pemain bintang.
Dalam situasi tersebut, low block digunakan untuk menutup semua jalur umpan lawan sekaligus memancing kesalahan.
Serangan balik kemudian menjadi senjata utama yang bisa memberi kejutan.
Meski begitu, tidak semua pertandingan cocok dengan low block.
Ketika tim dituntut menang, strategi ini bisa menjadi bumerang karena lawan dibiarkan mendominasi permainan.
Karena itulah pelatih biasanya menyesuaikan penerapan low block dengan kebutuhan dan lawan yang dihadapi.
Bagi tim nasional atau klub dengan pemain muda, low block juga kerap dijadikan latihan untuk mengasah kesabaran dan disiplin.
Filosofi utamanya adalah bagaimana sebuah tim bisa bertahan bersama-sama dengan rapi.***