Portal Arti Kata – Review – Definisi dan Makna

Apa Itu Hubungan One-Night Stand dan Dampak Buruknya?

Apa Itu Hubungan One-Night Stand

Ngarti.com – Fenomena one-night stand atau hubungan semalam tanpa komitmen semakin sering menjadi pembicaraan di kalangan generasi muda perkotaan.

Perubahan gaya hidup, keterbukaan terhadap seksualitas, dan pengaruh media sosial membuat batasan antara hubungan emosional dan fisik kian kabur.

Namun, di balik citra kebebasan dan kenikmatan sesaat, hubungan semalam ternyata menyimpan berbagai dampak buruk yang kerap diabaikan oleh pelakunya.

Mengenal Istilah One-Night Stand

One-night stand (ONS) adalah hubungan seksual yang terjadi antara dua orang tanpa adanya keterikatan emosional atau komitmen jangka panjang.

Biasanya, hubungan ini terjadi secara spontan, misalnya setelah pertemuan di klub malam, pesta, atau melalui aplikasi kencan daring.

ONS sering dipersepsikan sebagai bentuk ekspresi kebebasan individu dalam menjalani kehidupan pribadi tanpa beban emosional.

Meski demikian, fenomena ini sering menimbulkan perdebatan moral, sosial, hingga kesehatan karena melibatkan aspek psikologis dan fisik yang kompleks.

Tren One-Night Stand di Era Digital

Tren One-Night Stand di Era Digital

Perkembangan teknologi mempercepat munculnya fenomena one-night stand melalui kemudahan akses aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, atau OkCupid.

Dengan fitur “match” dan percakapan instan, interaksi antar pengguna menjadi lebih cepat dan cenderung berorientasi pada hubungan fisik singkat.

Sosiolog Universitas Indonesia menilai, tren ini mencerminkan perubahan nilai sosial di mana kedekatan emosional tidak lagi menjadi prasyarat utama hubungan antarindividu.

Selain itu, tekanan sosial untuk tampil “modern” dan bebas membuat sebagian anak muda menganggap ONS sebagai bagian dari gaya hidup urban yang lumrah.

Namun, di sisi lain, banyak pakar kesehatan dan psikologi yang menilai tren ini sebagai bentuk pelarian dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.

Dampak Psikologis dari One-Night Stand

Secara psikologis, hubungan tanpa komitmen seperti ONS dapat menimbulkan perasaan bersalah, cemas, dan kehilangan harga diri, terutama jika dilakukan tanpa kesiapan emosional.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang sering terlibat dalam hubungan semalam lebih rentan mengalami depresi ringan hingga gangguan kecemasan sosial.

Hal ini disebabkan karena otak manusia secara biologis dirancang untuk membentuk keterikatan emosional setelah aktivitas seksual melalui pelepasan hormon oksitosin dan dopamin.

Ketika hubungan itu berakhir tanpa kejelasan, sistem emosional otak mengalami disonansi, menyebabkan perasaan hampa atau penyesalan setelahnya.

Selain itu, masyarakat yang masih memiliki norma konservatif sering kali memberikan stigma negatif terhadap pelaku ONS, yang dapat memperburuk kondisi mental seseorang.

Risiko Kesehatan Seksual yang Sering Diabaikan

Selain dampak emosional, one-night stand juga membawa risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan.

Hubungan seksual tanpa perlindungan meningkatkan kemungkinan tertular infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, sifilis, klamidia, dan gonore.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, peningkatan kasus IMS di kalangan usia muda sebagian besar disebabkan oleh hubungan seksual bebas tanpa perlindungan yang memadai.

Banyak pelaku ONS juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, sehingga berisiko menularkan penyakit tanpa disadari.

Kondisi ini menjadi semakin kompleks karena masih adanya tabu sosial terhadap pemeriksaan kesehatan seksual di Indonesia.

Aspek Sosial dan Moral dalam Fenomena ONS

Secara sosial, ONS menimbulkan dilema moral karena berpotensi merusak nilai keintiman dan kepercayaan dalam hubungan antar manusia.

Dalam budaya timur seperti Indonesia, hubungan seksual idealnya dianggap sebagai bagian dari ikatan yang sah secara emosional maupun hukum.

Ketika hubungan seks dijadikan sarana pemenuhan kebutuhan sesaat, nilai kesetiaan dan tanggung jawab sering kali terpinggirkan.

Hal ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada tatanan sosial yang menilai pentingnya norma dan etika dalam menjalin hubungan.

Sosiolog menilai, meskipun masyarakat modern semakin terbuka, penerimaan terhadap ONS tetap terbatas karena bertentangan dengan nilai kekeluargaan dan religiusitas yang masih kuat.***