Ngarti.com – Honeymoon phase dalam hubungan sering disebut sebagai masa paling indah bagi pasangan yang baru menjalin cinta.
Pada fase ini, hubungan terasa begitu manis, penuh gairah, dan dipenuhi keintiman yang intens.
Banyak pasangan menggambarkan masa ini sebagai periode yang sulit dilupakan karena segala sesuatu terasa sempurna.
Namun, honeymoon phase bukanlah sesuatu yang berlangsung selamanya.
Pengertian Honeymoon Phase
Honeymoon phase adalah periode awal dalam sebuah hubungan ketika pasangan merasakan euforia, kebahagiaan, dan ketertarikan yang sangat kuat.
Fase ini umumnya muncul pada beberapa bulan pertama hubungan, meskipun pada beberapa pasangan bisa bertahan lebih lama.
Para pakar psikologi menyebut masa ini sebagai fase “romantic love”, yaitu ketika otak memproduksi hormon yang meningkatkan rasa bahagia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dopamin, serotonin, hingga oksitosin berperan penting dalam menciptakan perasaan berbunga-bunga pada fase ini.
Ciri-Ciri Honeymoon Phase
Pasangan yang sedang berada dalam honeymoon phase biasanya menunjukkan tanda-tanda yang khas.
Salah satunya adalah intensitas komunikasi yang tinggi, di mana pasangan hampir selalu ingin berbicara atau bertemu.
Selain itu, muncul pula rasa ingin tahu mendalam terhadap kehidupan pasangan, mulai dari kebiasaan kecil hingga impian besar di masa depan.
Pasangan juga cenderung lebih toleran terhadap kekurangan satu sama lain pada masa ini.
Segala perbedaan terasa lebih mudah diterima karena euforia cinta yang sedang mendominasi.
Durasi Honeymoon Phase
Banyak yang bertanya-tanya berapa lama honeymoon phase akan berlangsung.
Menurut sejumlah studi, fase ini biasanya bertahan antara 6 bulan hingga 2 tahun.
Namun, durasi tersebut tidak bisa dijadikan patokan pasti karena setiap pasangan memiliki dinamika yang berbeda.
Faktor usia, pengalaman, hingga kedekatan emosional turut memengaruhi lamanya honeymoon phase.
Pada sebagian pasangan, fase ini bisa berakhir lebih cepat jika muncul konflik atau kurangnya komunikasi.
Mengapa Honeymoon Phase Berakhir?
Honeymoon phase tidak berlangsung selamanya karena hubungan manusia bersifat dinamis.
Seiring berjalannya waktu, pasangan mulai melihat sisi realistis dari hubungan yang dijalani.
Rutinitas, tanggung jawab, hingga perbedaan nilai bisa membuat hubungan keluar dari fase penuh euforia ini.
Menurut para ahli, berakhirnya honeymoon phase bukanlah hal yang buruk, melainkan bagian alami dari perjalanan hubungan.
Setelah fase ini, hubungan biasanya memasuki tahap yang lebih stabil dan dewasa.
Bagaimana Menyikapi Honeymoon Phase?
Menyadari keberadaan honeymoon phase adalah langkah penting agar pasangan lebih siap menghadapi perubahan.
Pasangan disarankan untuk tetap membangun komunikasi yang sehat meski fase indah itu berakhir.
Menjaga rasa hormat, saling mendukung, dan menghargai perbedaan menjadi kunci agar hubungan tetap langgeng.
Selain itu, penting pula menciptakan momen bersama agar hubungan tidak terasa monoton.
Hal kecil seperti makan malam bersama, liburan singkat, atau sekadar berbagi cerita dapat menjaga kehangatan meski honeymoon phase telah usai.
Apakah Honeymoon Phase Bisa Kembali?
Banyak pasangan yang bertanya apakah honeymoon phase bisa kembali setelah hubungan berjalan lama.
Jawabannya, meski tidak sama persis, rasa berbunga-bunga dalam hubungan bisa diciptakan kembali.
Pasangan yang aktif merawat hubungan biasanya lebih mudah menyalakan kembali api asmara.
Memberikan kejutan kecil, mendukung cita-cita pasangan, atau mencoba hal baru bersama dapat memicu kembali perasaan positif.
Meskipun tidak sama dengan fase awal, upaya tersebut dapat memperkuat ikatan emosional.***