Ngarti.comĀ – Gangguan bipolar dan psikopat sering kali dianggap sama oleh sebagian masyarakat, padahal keduanya merupakan kondisi berbeda yang memerlukan pemahaman khusus.
Banyak orang yang keliru mengartikan bipolar sebagai sifat kejam atau dingin, padahal gangguan ini sebenarnya berhubungan dengan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Di sisi lain, istilah psikopat lebih sering dikaitkan dengan perilaku manipulatif, agresif, hingga tindakan kriminal yang membuat orang lain merasa terancam.
Kesalahpahaman ini bisa menyebabkan stigma yang merugikan bagi penderita, terutama mereka yang hidup dengan gangguan bipolar yang sebenarnya dapat ditangani dengan pengobatan dan dukungan keluarga.
Mengenal Gangguan Bipolar
Bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati secara drastis antara fase mania dan depresi.
Pada fase mania, seseorang bisa tampak sangat bersemangat, penuh energi, bahkan sulit tidur karena merasa begitu produktif.
Sebaliknya, pada fase depresi, penderita bisa merasa sangat terpuruk, kehilangan semangat hidup, hingga menarik diri dari lingkungan sosial.
Kondisi ini bukan sekadar naik turun mood biasa, melainkan perubahan ekstrem yang memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya.
Gangguan bipolar memiliki beberapa tipe, di antaranya bipolar tipe I, tipe II, serta siklotimia, yang masing-masing memiliki pola gejala berbeda.
Meski penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, faktor genetik, kimia otak, dan lingkungan dipercaya turut berperan dalam memicu munculnya bipolar.
Penderita bipolar tetap bisa menjalani kehidupan produktif jika mendapatkan penanganan medis berupa terapi obat, konseling, serta dukungan dari orang terdekat.
Memahami Psikopat
Psikopat berbeda jauh dari bipolar karena bukan termasuk gangguan suasana hati, melainkan gangguan kepribadian antisosial.
Seseorang yang disebut psikopat biasanya memiliki ciri khas berupa kurangnya empati, manipulatif, dan tidak memiliki rasa bersalah atas perbuatannya.
Berbeda dengan bipolar yang berhubungan dengan fluktuasi emosi, psikopat justru sering menampilkan sikap tenang dan dingin ketika melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Psikopat kerap menutupi sifat aslinya dengan pesona yang meyakinkan, sehingga sulit dikenali pada pertemuan pertama.
Dalam banyak kasus, perilaku psikopat juga dikaitkan dengan tindak kriminal serius karena mereka tidak ragu melanggar aturan demi kepentingannya sendiri.
Namun, tidak semua psikopat otomatis menjadi penjahat, karena ada pula yang menjalani kehidupan normal sambil menyembunyikan sifat antisosialnya.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik, pola asuh masa kecil, serta pengalaman traumatis dapat memengaruhi munculnya sifat psikopat pada seseorang.
Perbedaan Bipolar dan Psikopat
Bipolar adalah gangguan suasana hati yang bisa ditangani dengan terapi medis, sedangkan psikopat merupakan gangguan kepribadian yang sulit diubah.
Orang dengan bipolar cenderung berjuang melawan emosinya sendiri, sementara psikopat justru lebih banyak berfokus pada bagaimana memanipulasi orang lain.
Bipolar ditandai dengan perubahan mood drastis antara mania dan depresi, sedangkan psikopat memiliki pola emosi yang dingin, terkontrol, dan minim empati.
Penderita bipolar dapat merasa bersalah dan menyesali tindakannya, tetapi psikopat hampir tidak pernah merasakan penyesalan atas perbuatan yang merugikan orang lain.
Secara medis, bipolar dapat didiagnosis dan diobati dengan obat penstabil suasana hati, antidepresan, atau psikoterapi, sementara psikopat lebih sulit ditangani karena sifat dasarnya yang menetap.
Pemahaman masyarakat mengenai perbedaan ini penting agar stigma negatif tidak sembarangan dilabelkan kepada penderita bipolar.***