Ngarti.comĀ – Istilah “doksli” belakangan sering muncul di media sosial dan membuat banyak orang penasaran.
Kata ini kerap dipakai dalam percakapan daring, khususnya di komunitas tertentu yang gemar membuat konten bernuansa satire.
Meskipun terdengar asing, sebenarnya kata tersebut memiliki makna yang sederhana dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Secara bahasa, doksli merupakan singkatan dari “dokumen asli”.
Artinya, ketika seseorang menyebut doksli, maka yang dimaksud adalah dokumen asli, bukan fotokopi atau salinan.
Contoh yang paling mudah dipahami adalah ketika ada fotokopi ijazah.
Jika diminta doksli, maka yang harus diberikan adalah ijazah asli, bukan hasil salinan.
Istilah ini memang terkesan ringan, namun belakangan justru populer karena sering dipakai dalam percakapan di grup-grup daring.
Asal Usul Populernya Kata Doksli
Fenomena munculnya kata doksli tidak terlepas dari keberadaan grup online bernama “Timpa”.
Grup ini dikenal sebagai komunitas dunia maya yang memiliki ciri khas berupa konten satir.
Mereka biasanya mengambil sebuah gambar dengan tulisan yang tidak sesuai, lalu menimpanya dengan tulisan baru yang lebih baik atau bernada lucu.
Di kalangan warganet, aktivitas ini kerap dianggap sebagai hiburan tersendiri karena mampu mengubah sesuatu yang serius menjadi bahan candaan.
Contoh yang sering disebut adalah ketika ada berita tentang keracunan makanan bergizi di Indonesia.
Grup tersebut membuat parodi dengan menimpa berita itu menjadi kalimat baru, misalnya “Program MBG berhasil memberikan gizi terbaik”.
Dalam konteks seperti inilah kata doksli mulai sering digunakan, baik sebagai istilah di percakapan maupun sebagai lelucon di dalam konten mereka.
Popularitasnya kemudian merambah lebih luas hingga menjadi perbincangan di platform media sosial lainnya.
Makna Sosial dari Istilah Doksli
Penggunaan kata doksli pada akhirnya tidak hanya sebatas arti harfiahnya, yakni “dokumen asli”.
Lebih dari itu, kata ini menjadi semacam simbol budaya digital yang menunjukkan cara warganet berinteraksi dengan humor dan satire.
Dalam banyak kasus, kata ini dipakai untuk menegaskan kebenaran atau sesuatu yang dianggap otentik.
Misalnya, ketika ada seseorang yang mengunggah klaim tertentu, orang lain bisa menanggapi dengan permintaan “mana doksli?” sebagai bentuk tantangan untuk membuktikan keasliannya.
Fenomena tersebut menggambarkan bagaimana budaya digital mampu menciptakan istilah baru yang kemudian menyebar dengan cepat.
Kehadiran kata doksli memperlihatkan dinamika bahasa di internet yang terus berkembang dan menciptakan tren unik.
Tren Bahasa Gaul di Dunia Maya
Istilah seperti doksli hanyalah salah satu dari sekian banyak kata gaul yang lahir di internet.
Perkembangan teknologi komunikasi dan maraknya interaksi di media sosial membuat warganet lebih kreatif dalam menciptakan kosakata baru.
Tidak jarang kata-kata tersebut berawal dari komunitas kecil, kemudian menyebar luas hingga dikenal masyarakat umum.
Selain memberikan warna baru dalam percakapan, istilah-istilah ini juga menunjukkan bagaimana bahasa bisa menjadi alat hiburan sekaligus perekat sosial.
Dengan begitu, meskipun terlihat sederhana, penggunaan kata seperti doksli sesungguhnya mencerminkan perubahan budaya komunikasi di era digital.***